Piramid tegak berdiri ribuan tahun
Dia adalah bangunan terkokoh di muka bumi ini.
Bentuk strukturnya melambangkan kestabilan yang ideal.
Stabilitas piramid berlaku di setiap aspek kehidupan.
Gunung yang berbentuk piramid menjaga kestabilan struktur bumi.
Struktur organisasi perusahaan yang sehat biasanya berbentuk piramid.
Dan seterusnya berlaku juga untuk struktur bangunan, struktur kemasyarakatan, maupun struktur-struktur lainnya.
Di struktur piramid, setiap titik didukung beberapa titik dibawahnya.
Merata dari satu titik paling atas sampai ke lapisan yang paling dasar.
Setiap titik adalah penting untuk dilengkapi, sesuai posisi dan bahannya.
Tidak ada titik yang lebih penting dari titik lain.
Juga tidak ada titik yang tidak penting.
Semakin lengkap komposisinya, semakin kokoh kestabilannya.
Demikian barulah piramid tersebut menjadi piramid yang sempurna.
Demikian juga dengan piramida kehidupan.
Tidak ada satupun manusia yang tidak penting.
Hidup ini begitu berharga hingga selisih yang paling mulia dengan yang paling menderita tidaklah ada artinya.
Tetapi siapakah orang yang mau menyadarinya?
Alam mempunyai sistem yang sempurna dalam penempatan posisi benda.
Yang ringan ke atas, yang berat ke bawah.
Tidak ada kompromi, tidak ada kolusi.
Setiap orang mempunyai tempatnya sendiri di dalam piramid kehidupan.
Ketepatan penempatan posisi sangat menentukan kestabilan.
Untuk itu diperlukan sistem yang sehat bebas dari subjektivitas.
Yang menjamin setiap orang menemukan posisinya yang tepat, berdasarkan kompetensinya masing-masing.
Motivator jaman dahulu, para leluhur kita, sangat memahami hal ini.
Mereka mengatakan, "Jadilah yang terbaik di bidangmu masing-masing".
Dengan kata lain, apabila menjadi kuli, jadilah kuli yang baik.
Apabila menjadi presiden, jadilah presiden yang baik, dan bersikaplah selayaknya.
Manusia sering mengacaukan sistem dengan berbagai dalih dan alasan.
Memaksakan yang ringan ke bawah dan yang berat ke atas.
Bahkan banyak motivator hanya mendorong orang untuk naik ke atas.
Andaikata semua naik ke atas, maka bagaimanakah bentuk piramidnya?
Seharusnya motivasi tak digeneralisasi, tapi bersifat spesifik.
Agar dapat menuntun orang ke tempatnya yang sesuai, sehingga bisa berprestasi.
Adalah kesesatan umum yang memandang bahwa di atas pasti lebih baik.
Derajat manusia adalah di sisi Tuhan.
Bukan berdasarkan posisi di masyarakat.
Hak kewajiban haruslah seimbang tak boleh timpang.
Sukses manusia bukan ditentukan oleh setinggi apa dia di dalam piramida.
Andaikata demikian, maka hampir tidak ada manusia yang sukses.
Lalu dimanakah keadilan Tuhan?
Dan masa hidup manusia hanya dihabiskan untuk berebut ke atas.
Alangkah sia-sianya waktu yang habis terbuang.
Sukses manusia ditentukan dengan sebaik apa dia menjalankan perannya.
Memetik pelajaran-pelajaran hidup yang tersembunyi di balik perannya.
Menemukan hakekat sejati dengan menembus batas-batas piramida kehidupan.