Eksistensi Kebahagiaan

Seorang teman mendengar dari temannya tentang tahapan sukses manusia sebagai berikut,
"Tahap pertama dia harus bisa mandiri,
Tahap kedua dia harus ahli di bidangnya,
Tahap terakhir dia harus diakui eksistensinya di hadapan manusia lain.
Barulah dia bisa disebut orang sukses dan berbahagia".
Bahagia tipe ini sangat tergantung kepada orang lain. Dia butuh orang lain untuk bisa bahagia.

Yang lain sederhana saja, "Bahagia itu ya harus kaya".
Bahagia tipe ini sangat tergantung uang. Orang miskin gak mungkin bahagia.

Yang lainnya lagi bilang, "Bahagia itu kalau orang lain lebih sengsara".
Bahagia tipe ini bahagianya orang sadis.

Yang lebih bijaksana bilang, "Bahagia itu kalau kita sehat lahir batin".
Ini lebih enak didengar. Cuman sayangnya orang sakit susah bahagia.

Yang lebih bagus adalah yang mengatakan, "Bahagia itu kalau kita menerima semua apa adanya".
Yang nggak setuju pasti mengatakan ini bahagianya orang putus asa.

Kho Ping Hoo menulis, "Bahagia tak perlu dicari, yang tidak mencari itulah yang sebenarnya sedang berbahagia".
Sounds good, tapi too complicated, membingungkan bagi yang bingung.

Tak akan habis kata jika dipakai untuk mendefinisikan bahagia.
Atau justru mungkin tak ada kata yang bisa menjelaskan bahagia.
Mungkin bahagia bisa dijelaskan dengan contoh sederhana seperti ini,
"Menikmati matahari tenggelam di pinggir pantai dalam suasana hening. Itulah bahagia".
Atau mungkin, "Tenggelam ke dalam diri sendiri. Itulah bahagia".

Yang jelas, banyak yang kecewa karena mencari bahagia di luar dirinya.
Maka tak ada salahnya mencoba mencari bahagia ke dalam diri sendiri.
Mungkin kita dapat menemukan sumber dari segala kebahagiaan, yaitu Yang Maha Bahagia.