Mana yang lebih besar, Persamaan atau Perbedaan?
Jawabnya pastilah persamaan.
Tidak percaya?
Marilah kita mulai tinjauan dari yang paling besar.
Yang paling besar tentu saja adalah Yang Maha Besar.
Alam semesta termasuk bumi ini diciptakan oleh Yang Maha Besar tersebut, Tuhan yang satu, mustahil oleh Tuhan yang berbeda-beda.
Setiap orang yang menyembah Tuhan yang menciptakan bumi ini, berarti mempunyai Tuhan yang sama. Hanya cara menyembahnya yang berbeda-beda. Dan Tuhan jauh lebih besar dari segala ciptaanNya yang berbeda-beda. Maka jelas Persamaan jauh lebih besar dari Perbedaan.
Setiap benda terdiri dari atom-atom, atau yang lebih kecil dari itu, dan semua unsur-unsur itu adalah sama. Komposisi dari unsur-unsur itulah yang menyebabkan perbedaan di bentuk luarnya. Akan tetapi pada dasarnya, jauh di dalam, unsur semua makhluk adalah sama. Maka persamaan semua benda lebih besar dari perbedaannya.
Contoh lain adalah umat manusia ini. Ada pria dan wanita. Bermacam-macam suku bangsa. Beraneka ukuran tubuh dan bentuk fisik maupun wajahnya. Toh mereka tetap sama di dalamnya. Perbedaan semakin menipis semakin ke dalam. Bukankah semua manusia mempunyai jumlah jari yang sama, jantung yang sama, logika pikiran yang sama, hati nurani dan cinta kasih yang sama, jiwa yang sama, dan seterusnya, dan seterusnya. Mau dibantah seperti apapun, tetap persamaan manusia lebih besar dari perbedaannya.
Demikian seterusnya, semakin ditelusuri semakin jelas bahwa persamaan adalah jauh lebih besar dari perbedaan.
Dan seringkali jauh lebih menguntungkan melihat persamaan dibandingkan dengan melihat perbedaan.
Katakanlah dengan melihat persamaan antara dosa dan pahala dengan karma, yaitu karma buruk dan karma baik.
Dengan membandingkan definisi dan masing-masing ajarannya, mengambil yang sesuai dan meninggalkan yang tidak perlu, maka akan didapatlah suatu pengertian yang utuh dan saling mengisi.
Akan tetapi orang lebih suka dengan perbedaan. Kenapa ?
Mungkin karena mereka lebih suka berbeda.
Senang dianggap unik, lain dari yang lain.
Senang jika merasa lebih dibandingkan orang lain.
Dan ini semua bisa menjadi batu sandungan dan tembok penghalang perjalanan jiwa.
Pada awal perjalanan jiwa, perbedaan adalah baik karena dapat menjadi pemicu.
Akan tetapi, bersenang-senang dengan perbedaan adalah ibarat anak kecil yang masih senang bermain-main.
Perjalanan pendewasaan jiwa justru dimulai pada saat meninggalkan perbedaan, bergerak menuju persamaan.