Cuek jelas tidak masuk kategori hal yang baik.
Cuek bisa berarti baik secara perorangan.
Tetapi secara kolektif masyarakat jelas tidak ada baiknya.
Secara personal, cuek adalah sarana untuk proteksi diri.
Untuk menekan rasa malu atau minder dan meningkatkan percaya diri.
Akan tetapi seperti halnya obat yang keras,
cuek punya efek samping selain rasa percaya diri yang over.
Dia bisa membunuh sadar diri dan kepekaan terhadap lingkungan.
Dan ini dapat menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan maupun kepada dirinya sendiri.
Cuek bisa jadi akibat dari suatu kondisi yang ekstrim.
Terlalu bebas atau terlalu tertekan.
Kebebasan yang berlebihan menimbulkan sikap tak bertanggung jawab.
Dan sikap tak bertanggung jawab adalah cikal bakal dari sikap cuek.
Sedangkan penekanan menimbulkan pemberontakan mencari kebebasan.
Pemberontakan akan menimbulkan kekerasan yang selangkah lagi menuju cuek.
Jelas cuek bukanlah sikap yang patut dikembangkan di masyarakat.
Kebebasan harus dibatasi oleh peraturan yang ditaati dan ditegakkan.
Dan penekanan apalagi perbudakan harus dihapuskan tanpa kompromi.
Semua harus berjalan dalam batas-batas kewajaran dan kenormalan.
Seperti juga penyakit menular, tiap orang dapat tertular sikap ini.
Apabila orang per orang mulai parah terjangkiti,
maka bangunan masyarakat akan rentan untuk runtuh dan menjadi masyarakat yang sakit.
Maka masyarakat harus sadar dan menjadi masyarakat yang peduli.
Setiap anggotanya harus memupuk sikap peduli dengan caranya sendiri.
Ramah tamah adalah perlu, tapi ramah belum tentu peduli.
Sikap peduli harus muncul tulus dari hati.
Selalu memperhatikan kepentingan orang lain adalah kewajiban.
Dan menolong orang harus menjadi suatu kebahagiaan yang sama sekali tak membutuhkan imbalan.
Kebaikan jauh lebih susah menyebar dibandingkan keburukan.
Lalu siapakah yang mempunyai cukup hati untuk berkorban?
Menjadi orang yang mau memperhatikan orang lain dan lingkungannya.
Walaupun orang lain dan lingkungan tak peduli kepadanya.
Mari kita mulai dengan bertanya kepada diri sendiri.
.......